Friday, November 29, 2013

BERHARAP KEPADA ALLAH DARI JALAN SEDEKAH

clip_image002clip_image004

Ust. Yusuf Mansur sengaja menjelaskan kepada pemerhati sedekah dari sudut pandang yang agak berbeda. Ust. Yusuf hendak memberikan penjelasan bahwa meminta kepada Allah adalah sesuatu yang bukan saja tidak dilarang, tetapi juga disuruh, dianjurkan, dan menjadi ibadah tersendiri. Seseorang yang bersedekah tetapi tidak berdoa setelahnya dianggap oleh Ust. Yusuf kurang sempurna, karena sedekah itu adalah sebagian kecil dari ibadah, maka doa adalah tetap sebagai penyempurnanya. Doa itu kepalanya ibadah, penyempurna ibadah.

Selain itu, Ust. Yusuf juga menjelaskan, bisa bersedekah adalah anugerah dari Allah dan kesempatan bersedekah adalah hadiah dari Allah. Kita tidak menganggap bahwa apa yang kita sedekahkan adalah dari kita. Melainkan dari Allah. Bahkan kesempatan bersedekah pun datangnya bukan dari kita, melainkan murni dari Allah.

Thursday, November 7, 2013

UNDANG SAJA ALLAH; BELAJAR SYUKUR, BELAJAR YAKIN

clip_image002clip_image004

Ustadz Yusuf Mansur sengaja menggelitik pembacanya agar selalu mengedepankan syukur dan yakin dalam kehidupan dengan cara menyandarkan kemungkinan itu kepada Allah.

Juga mengingatkan apa-apa yang dilakukan sebagai ikhtiar dunia adalah sebagai ibadah kepada Allah, bukan semata-mata sebagai tujuan.

Ustadz Yusuf Mansur mengedepankan “Undang Saja Allah” adalah supaya pembaca lebih mengenal Allah dengan jalan bersyukur dan yakin adanya pertolongan Allah. Pembaca diajak untuk hanya meminta (berdoa) kepada Allah dengan tidak lupa memperbaiki amal saleh, ibadahnya dan tauhidnya.

Seyogyanya dengan membaca buku ini, pembaca akan berwisatahati menulusuri relung-relung keimanan yang memperkuat tauhid, bahwa tiada tuhan selain Allah.

SIFAT SHALAT NABI

clip_image002clip_image004Muhammad Nashiruddin Al-Albani melahirkan sebuah buku untuk menjawab keinginan setiap Muslimin agar ibadah shalatnya mengikuti Rasulullah SAW. Buku ini menerangkan beberapa hal yang berkaitan dengan gambaran shalat Rasulullah SAW sejak dari takbir hingga salam dengan disertai dalil-dalil yang shahih.

Sepantasnya bagi pembaca untuk melihat buku ini dengan melontarkan terlebih dahulu pertanyaan: “Sudah benarkah shalat saya?” Jika terlintas jawaban, “belum benar”, maka sepatutnya pembaca menggunakan pisau analisis untuk membacanya dengan ketajaman perhatian agar dapat menikmati tulisan demi tulisan dari Muhammad Nashiruddin Al-Albani, yang akhirnya pembaca akan menemui pelaksanaan shalatnya belum sempurna benar sebagaimana Rasulullah SAW shalat.

Wednesday, November 6, 2013

LAMBANG CAKRA BAGI YANG MULIA HAKIM DI INDONESIA

clip_image002Sifat hakim tercermin dalam Lambang Hakim yang dikenal dengan “Panca Dharma Hakim”, yakni: KARTIKA, yaitu memiliki sifat percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab; CAKRA, yaitu sifat mampu memusnahkan segala kebathilan, kezaliman dan ketidakadilan; CANDRA, yaitu memiliki sifat bijaksana dan berwibawa; SARI, yaitu berbudi luhur dan berkelakuan tidak tercela; dan TIRTA, yaitu sifat jujur.

Pemaknaan Lambang Hakim tersebut dapat ditemukan pada Kode Etik yang disahkan oleh Musyawarah Nasional (MUNAS) IKAHI ke XIII, ditetapkan di Bandung pada tanggal 30 Maret 2001. (vide: Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan, Mahkamah Agung RI, 2004, halaman 155-163)

Bolehlah dianggap, bilamana Lambang Hakim ini lahir bersamaan dengan disahkannya AD/ART IKATAN HAKIM sejak tanggal 20 Maret 1953, sebagai tonggak sejarah lahirnya organisasi bagi para hakim yang bersifat nasional yang bernama IKATAN HAKIM dan selanjutnya sampai dengan sekarang dikenal dengan IKAHI (Ikatan Hakim Indonesia), senjang delapan tahun sejak hari jadi Mahkamah Agung, yaitu pada tanggal 19 Agustus 1945.